Masa remaja memang sudah menjadi kebanggaan para kaum pemuda
Indonesia khususnya. Betapa tidak, meraka menginginkan semua apa yang
mereka mau. Kejiwaan yang masih sangat labil dalam menghadapi masalah
membuat mereka harus berhati-hati dalam setiap langkah. Langka yang
baik akan menentukan awal kehidupannya dengan baik. Begitu pula
sebaliknya.
Rasa ingin tahu seorang remaja begitu besar, sehingga apa yang belum perna dicoba maka mereka akan mencoba. Seperti halnya pacaran. Mendengar hal pacaran sudah menjamur dikalanganh remaja, bahkan dikalangan anak-anak sudah mengenal apa itu pacaran. Kebutuhan akan pacaran diaggap para kalangan remaja sangat penting. Mereka mempunyai anggapan kalau tidak pacaran, maka gaya hidup mereka akan tertinggal. Hingga akhirnya mereka mencari-cari pasangan yang sekiranya cocok untuk dijadikan pacar.
Inilah fenomena yang terjadi di bumi pertiwi. Suatu pola perilaku yang dianggap biasa dan lumrah. Namun, jika ditelaah lebih dalam, banyak hal yang kacau akibat pacaran yang dimulai sejak dini. Seperti halnya ciuman antar bibir yang dilakukan anak dibawa umur sudah biasa, itu baru di tingkat anak-anak. Belum di tingkat remaja dan dewasa.
Komnas Anak Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis data yang menyebutkan 62,7 persen remaja siswi SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Survey juga menyebutkan 93,7 persen siswa SMP dan SMA pernah melakukan ciuman, 21,2 persen remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97 persen remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno. (http://id.answers.yahoo.com)
Kondisi seperti ini sudah biasa di kalangan masyarakat, Khususnya di kota-kota besar. Ini diakibatkan karena kota-kota besar cepat untuk menerima arus globalisasi dari luar. Namun, tidak menutup kemungkinan masyrakat desa akan terpengaruh hal-hal negatif seperti perilaku di atas.
Arus globalisasi bergerak dengan sangat cepat, memasuki area-area terpencil dalam semua daerah. Ini mengakibatkan budaya yang dimiliki masyarkat tersebut terancam punah. Inilah yang mengakibatkan semakin terpuruknya perilaku remaja, jika tidak mengerti secara mendalam. Pemikiran mereka hanya bersifat senang-senang, tidak memikirkan masa depan yang mereka akan hadapi.
Sistem perpacaran di indonesia sudah kacau, ini dibuktikan dengan semakin banyaknya kejahatan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Seperti bunuh diri akibat diputus pacarnya, pemerkosaan, aborsi, dan pembunuhan sudah menjadi wacana setiap hari. Semua ini diawali dengan mencoba bagaimana pacaran.
Semua rasa sayang pasti dimiliki semua orang, namun rasa sayang harus kita olah agar tidak menjadi perilaku yang menyimpang. Justru anugra akan rasa sayang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Penerapan rasa sayang dalam dunia remaja tidak harus dibutahkan akan perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat agama. Agama mengajarkan akan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mungkin agama mengajarkan akan keburukan. Untuk itu, jadikan agama sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan yang lebih baik. (imam arifa’aillah S.H. Mahasiswa UM)
Rasa ingin tahu seorang remaja begitu besar, sehingga apa yang belum perna dicoba maka mereka akan mencoba. Seperti halnya pacaran. Mendengar hal pacaran sudah menjamur dikalanganh remaja, bahkan dikalangan anak-anak sudah mengenal apa itu pacaran. Kebutuhan akan pacaran diaggap para kalangan remaja sangat penting. Mereka mempunyai anggapan kalau tidak pacaran, maka gaya hidup mereka akan tertinggal. Hingga akhirnya mereka mencari-cari pasangan yang sekiranya cocok untuk dijadikan pacar.
Inilah fenomena yang terjadi di bumi pertiwi. Suatu pola perilaku yang dianggap biasa dan lumrah. Namun, jika ditelaah lebih dalam, banyak hal yang kacau akibat pacaran yang dimulai sejak dini. Seperti halnya ciuman antar bibir yang dilakukan anak dibawa umur sudah biasa, itu baru di tingkat anak-anak. Belum di tingkat remaja dan dewasa.
Komnas Anak Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis data yang menyebutkan 62,7 persen remaja siswi SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Survey juga menyebutkan 93,7 persen siswa SMP dan SMA pernah melakukan ciuman, 21,2 persen remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97 persen remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno. (http://id.answers.yahoo.com)
Kondisi seperti ini sudah biasa di kalangan masyarakat, Khususnya di kota-kota besar. Ini diakibatkan karena kota-kota besar cepat untuk menerima arus globalisasi dari luar. Namun, tidak menutup kemungkinan masyrakat desa akan terpengaruh hal-hal negatif seperti perilaku di atas.
Arus globalisasi bergerak dengan sangat cepat, memasuki area-area terpencil dalam semua daerah. Ini mengakibatkan budaya yang dimiliki masyarkat tersebut terancam punah. Inilah yang mengakibatkan semakin terpuruknya perilaku remaja, jika tidak mengerti secara mendalam. Pemikiran mereka hanya bersifat senang-senang, tidak memikirkan masa depan yang mereka akan hadapi.
Sistem perpacaran di indonesia sudah kacau, ini dibuktikan dengan semakin banyaknya kejahatan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Seperti bunuh diri akibat diputus pacarnya, pemerkosaan, aborsi, dan pembunuhan sudah menjadi wacana setiap hari. Semua ini diawali dengan mencoba bagaimana pacaran.
Semua rasa sayang pasti dimiliki semua orang, namun rasa sayang harus kita olah agar tidak menjadi perilaku yang menyimpang. Justru anugra akan rasa sayang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Penerapan rasa sayang dalam dunia remaja tidak harus dibutahkan akan perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat agama. Agama mengajarkan akan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mungkin agama mengajarkan akan keburukan. Untuk itu, jadikan agama sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan yang lebih baik. (imam arifa’aillah S.H. Mahasiswa UM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berikan komentar anda