Saat kita punya uang, terkadang kita
merasa angkuh. ingin ini tinggal bayar. Ingin itu tinggal beli. Merasa seakan
hidup ini sangatlah mudah dan membahagiakan. Seakan segala sesuatunya bisa
dibeli dengan uang. Seakan pula uang adalah solusi buat segala permasalahan di
dunia ini. Kadang kita bersyukur akan rahmat ini, tapi lebih sering kita lupa
kepada yg memberi rezeki tersebut.
Tapi apalah arti uang jika kita mengingat ada beberapa hal yg mustahil
kita dapatkan dengan uang.
pertama adalah waktu, kita takkan
dapat membeli waktu. Bahkan untuk kembali memundurkan waktu walau hanya sekedar
sedetik saja. Ada yg berprinsip “time is money”, hal itu tentulah sangat amat
salah.
Kedua adalah kebahagiaan. Tak dipungkiri uang adalah salah satu sumber
dari kebahagiaan, tapi bukan berarti uang adalah satu-satunya sumber datangnya
kebahagiaan. Masih ada sumber kebahagiaan yg lebih penting. Diantaranya,
orang-orang yg kita sayangi, orang-orang yg menyayangi kita. Kita punya
ber-milyaran uang tersimpan di rekening kita, jutaan uang terselip di dompet
kita. Tapi apakah itu akan bisa membeli orang atau sebanding dengan orang-orang
yg kita sayangi. Percayalah, uang tak lebih berharga daripada mereka.
Masih banyak hal yg takkan kita bisa
beli dengan uang. Bisa berupa ketenangan batin, ketentraman pikir, dan
lain-lain. Jadi masih adakah alasan kita menjadi angkuh saat kita mempunyai
uang? Jikalaupun ada, hal itu pasti hanya yg bersifat duniawi saja.
Disaat kita dirundung masalah, kita
merasa hidup kitalah yg paling menyedihkan. Terkadang ingin berteriak, “tuhan,
mengapa hidup-ku seperti ini?”. kita merasa kita tak lagi berharga, tak punya
harapan, tak ada yg menguatkan kita, atau alasan lain yg membuat kita semakin
jatuh ke lembah keputusasaan dan jauh dari kata bersyukur. Tapi cobalah lihat
sekeliling kita. Buka mata dan hati kita. Masih banyak orang yg lebih tidak
beruntung daripada kita. Kita mungkin hanya makan bubur ditambah garam saja,
tapi mungkin mereka ada yg bahkan tidak menemukan sesuap nasi-pun untuk makan.
Kita hidup di gubuk yg reyot, tapi mereka mungkin ada yg tidak punya tempat
bernaung dan berlindung sama sekali. Kita punya orangtua yg mempunyai beribu
watak yg tidak kita inginkan, tapi mungkin mereka tidak punya orang tua yg bisa
mereka jadikan tempat berbagi baik susah maupun senang. Sebenarnya masih banyak
alasan ini dan itu, bahkan mungkin terlalu banyak. Tapi sekali lagi kita harus
selalu berusaha untuk mensyukuri apapun yg kita miliki sekarang. Jangan selalu
melihat keatas, tapi tengoklah kebawah juga. Jika kita selalu bersyukur, masih
adakah alasan kita untuk merasa hidup kitalah yg paling menyedihkan?