Translate

Jumat, 31 Agustus 2012

jeritan kematian

Aku Dimakamkan Hari Ini

perlahan, tubuhku ditutup tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkan ku,
masih terdengar jelas langkah-langkah terakhir mereka,
aku sendirian, ditempat gelap yang tak pernah terbayang,
sendiri, menunggu keputusan..

Ibu, Ayah, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
adik, kakak, orang tua yang ditubuh ku darahnya mengalir,
tak juga tinggal, apa lagi sekedar sahabat,
kawan dekat, rekan kerja, atau orang-orang lain,
aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka..

Ayah Ibu ku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
saudara-saudara ku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
sahabat ku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku sendiri, disini,
menunggu perhitungan..


sumber
http://jhiazahra.blogspot.com

Rabu, 29 Agustus 2012

pahlawan sejati


Tulisan ini saya dedikasikan bagi orang-orang yg menyayangiku dan yg selalu setia ada dalam kehidupanku, baik dalam suka maupun duka.
 Kalian adalah pahlawan sejati dimataku. Kalian adalah sumber inspirasi dan motivasi buatku agar terus kuat menjalani hari demi hari-nya. Kalian adalah segalanya buatku. Thanks a lot.

Sosok malaikat pertama di hidupku adalah ibu ku, nyonya ika sartika. Namanya begitu indah. Sosoknya penyabar dan pekerja keras. Bersedia banting tulang demi menopang kehidupan keluarga dan membantu ayahku dalam hal menambah penghasilan. Beliau adalah orang yg rela mengorbankan apapun demi kebahagiaan keluarga. Dari pertama saja beliau sudah sangat berjasa bagiku. Beliau mempertaruhkankan nyawa-nya demi melahirkan buah hatinya, yaitu aku. Sedikitpun tanpa merasa pamrih. Selanjutnya beliau memberikan cinta yg amat sangat tulus buatku. Mulai dari memberikan ku ASI, mengajariku, menjagaku, menyekolahkanku, dan masih banyak jasanya yg tidak dapat ku tuliskan satu per satu. Dimataku beliau adalah wanita terindah yg pernah saya kenal. Penuh rasa kagum, haru, bahagia ketika ku mengingatnya. Thanks my mom, thank you.

Kedua adalah ayahku, BP.una supriatna. Beliau itu sosoknya keras, tapi penuh dengan kebijaksaan. Setiap ucapannya adalah perintah dan amanat. Beliau pekerja keras. Bekerja dengan menggunakan metode P4 (pergi pagi pulang petang penghasilan pas-pas’an). Tidak memperdulikan perasaan letih, tidak memperdulikan kesehatan sendiri. Semua itu demi siapa? Yaitu demi kami, his family.

Ketiga adalah keluarga-ku. Adik-adik ku. Mia & Muhammad saefullah. Meskipun terkadang mereka mebuatku jengkel dengan kelakuan mereka, tapi mereka juga sering mendatangkan kebahagiaan buat keluarga kami. Tertawa ketika melihat kekonyolan dan tingkah lucu.

Keempat adalah istriku, siti aisyah. Dia adalah sosok wanita teridah kedua setelah ibu-ku. Cintanya begitu tulus. Perhatiannya membuatku nyaman. Selalu bersedia merengkuk diriku ketika ku terjatuh. Tak segan untuk meminjamkan pundaknya demi membantu-ku menggapai cita-cita ku. Sosok yg begitu lembut, penuh kehangatan, matanya sangat menyejukan hati. Terimakasih istri-ku, terimakasih atas segala.

Kelima adalah teman-temanku. Terutama sahabatku, lingga fuji anggunawan. Mereka lah yg selalu bersedia mendengarkan segala keluh kesah-ku, membantuku, dan banyak mengisi waktuku dengan menjalani kehidupan ini bersama-sama. Thanks my friends, thanks for all.

Mereka semualah adalah my hero. Cuma rasa terimakasih yg bisa saya ucapkan pada kalian semua. Tanpa kalian aku bukanlah siapa-siapa. Tanpa kalian, diriku tidak akan menjadi diriku yg sekarang. Jasa-jasa kalian tidak akan pernah hilang dalam memory-ku.
Thanks…. I love them

efek dari pemikiran positif

Sebelum sang ayah menghembuskan nafas terakhir, dia memberi pesan kpd ke dua anaknya :
"Anakku, dua pesan penting yg ingin ayah sampaikan kpd mu utk keberhasilan hidupmu"

"Pertama : jangan pernah menagih piutang kpd siapapun"
"Kedua : jangan pernah tubuhmu terkena terik matahari secara lgsg"

.....5 thn berlalu sang ibu menengok anak sulungnya dgn kondisi bisnisnya yg sangat memprihatinkan, ibu pun bertanya "Wahai anak sulungku kenapa kondisi bisnismu demikian..:( .?"

Si sulung menjawab : "Saya mengikuti pesan ayah bu... Saya di larang menagih piutang ke siapa pun sehingga banyak piutang yg tdk di bayar dan lama² habislah modal saya, pesan yg kedua ayah melarang saya terkena sinar matahari secara langsung dan saya hanya punya sepeda motor, itulah sebabnya pergi dan pulang kantor saya selalu naik taxi...:)"

Kemudian sang ibu pergi ke tempat si bungsu yg keadaannya berbeda jauh. Si bungsu sukses menjalankan bisnisnya.
Sang ibu pun bertanya "Wahai anak bungsuku kenapa hidupmu sedemikian beruntung...?"

Si bungsu menjawab : "Ini krn saya mengikuti pesan ayah bu.. Pesan yg pertama saya dilarang menagih piutang kpd siapapun. Oleh karena itu saya tdk pernah memberikan utang kpd siapapun sehingga modal saya tetap utuh.. :)"
"Pesan kedua saya dilarang terkena sinar matahari secara langsung, maka dgn motor yg saya punya saya selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam, shgga para pelanggan tahu toko saya buka lbh pagi dan tutup lebih sore..(*) "
Note : Si Sulung dan Si Bungsu menerima pesan yg SAMA, namun masing² memiliki penafsiran dan sudut pandang atau MINDSET berbeda. Mereka MELAKUKAN cara yg berbeda sehingga mendapatkan HASIL yg berbeda pula.

Hati² lah dgn Mindset kita..
Mindset positif memberi hasil menakjubkan, sebaliknya mindset negatif memberikan hasil menghancurkan..

Always think and do POSITIVELY...!

Selasa, 28 Agustus 2012

jangan menganggap sepele


Agan-agan, disini saya akan membahas tema tentang pentingnya beradaptasi dengan lingkungan dan situasi yg baru. Kenapa saya ingin membahas ini? Jujur saja, ini adalah unek-unek yg sedang saya rasakan. Hhe

Pertama kita ambil perumpamaan seperti ini, beruang kutub jika dipaksa hidup di hutan tropis jelas akan mati. Begitupun jika beruang madu dipaksa untuk hidup di antartica  jelas akan mati pula.
Apa penyebabnya? 
Itu karena mereka tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya. Secara kasar, itu bukan habitatnya.
Hikmah bagi kita, kita jangan memaksakan akan segala sesuatu. Hiduplah dilingkungan yg tidak terlalu jauh dari kemampuan fisik, psikologi, dan batas toleransi diri kita sendiri.
Contoh, kita orang miskin, maka jangan memaksakan untuk main atau nongkrong ke tempat-tempat yg berkesan untuk kalangan highclass. So, secara kasarnya ukurlah diri kalian sendiri sebelum terjun atau melaksanakan sesuatu. Tanyakan pada diri kalian apakah kalian sanggup atau tidak. Disini saya tidak menyuruh kalian untuk berkecil hati, justru saya ingin agar kalian lebih percaya diri. Kuncinya adalah mengetahui siapa kalian, apa kelemahan dan kelebihan kalian. Satu hal yg harus selalu kalian yakini, yakinlah bahwa setiap manusia itu pasti punya sesuatu yg tidak orang lain punya. Maka disitulah keistimewaan kalian. Disitulah kalian harusnya menonjolkan diri. So, its time to get up.

Perumpamaan kedua adalah, jika anda akan menggiring sekumpulan kambing, reaksi mana yg akan kalian ambil? Apakah kalian akan mengiming-imingi mereka dengan rumput supaya mereka termotivasi untuk bergerak mengikuti kemana langkah anda pergi? Atau anda akan memaksa mereka berjalan sesuai kehendak anda dengan cara mencambuk mereka dari belakang supaya mereka menurut dan mengukuti keinginana anda?
Jawabannya tergantung pada keinginan dan pilihan anda sendiri. Cuma saya akan menggambarkan sekilas tentang bagaimana nanti hasilnya.
Hasil dari perumpamaan diatas adalah kedua cara tersebut memang ampuh dan si kambing bakalan bergerak mengikuti apa yg anda inginkan. 
Cara pertama adalah cara termudah. Kita cukup memotivasi para kambing itu. Tanpa kekerasan. Hanya sedikit usaha dan kesabaran. Tapi percayalah, hasilnya tak akan mengecewakan, bahkan akan lebih baik dari apa yg anda harapkan sebelumnya.
Cara kedua adalah cara yg penuh dengan paksaan. Bukan motivasi, tapi tekananlah yg anda berikan. Para kambing tersebut mungkin akan bergerak mengikuti sesuai dengan keinginan anda, tapi sisi negatifnya adalah berdampak pada kambing itu dan pada diri anda sendiri. Kenapa? Kok bisa? Selain para kambing itu kesakitan karena cambukan, mungkin saja mereka juga bisa tertekan. Endingnya mereka bukannya nurut, tapi malah kabur. Dampak bagi anda bahkan lebih parah lagi. Pertama anda akan buang-buang tenaga karena mencambuki mereka. Kedua, anda mungkin akan merasa kesal jika mereka tidak menurut. Dan ketiga anda bakalan terkena penyakit darah tinggi karena terlalu sering marah-marah sama kambing tsb. Hhe
Perumpamaan yg kedua saya khususkan buat atasan saya. Mudah-mudahan beliau membaca tulisan saya ini. (pasti baca lah, orang dia lagi kerja aja masih sibuk dengan blackberry-nya. Biasa, BBM-an. Katanya gaul. Padahal Cuma numpang beken doang). Mudah-mudahan beliau bisa memahami makna dari tulisan ini. Dalam hal apapun ada 3 hal yg harus dipakai secara bersinergis yaitu logika, penalaran, dan perasaan (hati). Inget bos, kami bukanlah para budak yg bisa loe perlakukan sesuka hati loe. Kami juga manusia. Emangnya loe, mana bisa loe disebut manusia, kan loe gak punya hati. Buktinya aja hati loe gak pernah loe pake.

Kamis, 02 Agustus 2012

Penjajah baru


Realita disekitar kita begitu menyeramkan. lebih memilukan daripada kata memilukan. Lebih menyedihkan dari pada kata menyedikan.
Dulu, kita dijajah oleh bangsa asing (portugis, inggris, jepang terutama belanda sialan). Penjajahan dulu amatlah kejam. Dari mulai perampasan sumber daya alam yg tak berimbang, perlakuan yg sangat amat tidak manusiawi, kerja paksa, dan lain sebagainya. Leluhur-leluhur kita harus menanggung beban yg teramat berat. Mereka sampai meneteskan keringat, mengucurkan darah, bahkan tidak sedikit yg sampai meregang nyawa. Semua itu karena siapa? Ulah siapa? Yg jelas itu mungkin sudah goresan takdir dari yg maha kuasa.
Tapi leluhur-leluhur kita tidak mau kalau anak cucunya kelak harus merasakan penderitaan yg sama dengan apa yg mereka rasakan saat itu. Leluhur kita bangkit, melawan dengan segenap upaya, tenaga, waktu, pikiran, dan segalanya. Mereka tak pernah menyerah. Mereka terus memperjuangkan hak mereka. Hak untuk hidup tentram, nyaman, sejahtera, terlebih di tanah air sendiri. Seperti peribahasa, “home sweet home”.
Akhrinya kemerdekaanpun tercapai. 17 agustus 1945, itu adalah hari paling membahagiakan bagi leluhur kita yg hidup dan berjuang pada masa itu. Mereka menangis terharu. Meneteskan airmata akan ungkapan kebahagiaan. Karena pada hari itu, Indonesia telah resmi menjadi sebuah negara yg merdeka.
Tapi bukan masalah kemerdekaan yg ingin saya bahas. Karena saya bukanlah seorang sejarahwan, bukan juga seorang yg bergelar akademis tinggi (D1,D2,D3,S1,S2,profesor) yg mempunyai pengetahuan luas tentang hal ini. saya hanyala seorang manusia yg banyak akan kekurangan, berpendidikan rendah, namun tidak berarti kepekaan saya akan lingkungan ini minim.
Didalam tulisan ini saya mengajak para pembaca sekalian agar lebih bisa membuka mata hati saudara sekalian untuk lebih jelas menatap realita kehidupan. Cobalah kalian tengok di tiap perempatan jalan. Masih banyak orang-orang yg menderita. Menjadi pengemis, pengamen, dan lain sebagainya. Mungkin sekilas kita melihat mereka sebagai sosok yg menjijikan. Tapi kalian lupa akan sesuatu. Coba kalian lihat lebih jelas, siapa yg menjadi para gelandangan dan pengemis tersebut? Jawabannya sangat miris, yaitu bangsa kita, bangsa pribumi.
Sekarang kalian juga coba main ke tempat-tempat pusat perbelanjaan atau tempat-tempat lain yg terkenal untuk kalangan highclass. Lihat sekeliling disana. Siapa yg kebanyakan berada disana. Berfoya-foya, berbelanja, dan lain sebagainya. Apakah bangsa pribumi? Jawabannya tentu bukan. Mereka yg bisa menikmati kehidupan yg sangat amat layak kebanyakan para koko atau enci yg bermata sipit. merekalah penjajah jaman sekarang.
Lantas muncul pertanyaan, kemanakah bangsa kita sendiri? Orang-orang pribumi kebanyakan hanyalah menjadi para pegawai rendahannya. Bahkan banyak yg beropini, “ah bangsa urang mah paling oge jadi kekesedna”
Memang tidak sedikit bangsa kita yg sukses dan hidup sejahtera, tapi yg demikian itu masih minoritas. Kebanyakan bangsa kita masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kebanyakan bangsa kita masih dijajah. Dijajah secara halus oleh para penjajah baru  yg didalam otak mereka kayaknya Cuma “angpau weh jeung angpau”
Lantas muncul lagi pertanyaan, ini salah siapa? Apakah karena faktor SDM? Atau faktor modal? Siapa yg bertanggung jawab?
Pertanyaan tersebut sangatlah terlalu rumit untuk dijawab. Yg jelas kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Semoga hidup kita tidak akan selamanya seperti ini. walaupun kita harus dengan terpaksa mengalami penjajahan secara halus ini, kita harus bertekad cukuplah kita saja yg merasakan ini. jangan sampai anak cucu kita juga mengalaminya juga. Amin ya rabb